|
Yogyakarta selain terkenal dengan sebutan kota pelajar, juga sangat kaya dengan tempat sejarah dan tempat yang kental dengan budaya. Berikut ini 10 Tempat Sejarah dan Budaya di Yogyakarta versi Metro 10. Semoga bermanfaat sebagai panduan untuk berwisata budaya ke Yogyakarta. 'Jogja Never Ending Asia'
10. Taman Pintar
Terletak di kawasan pusat Kota Yogyakarta, sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan moto mencerdaskan dan menyenangkan, taman yang mulai dibangun pada 2003 ini ingin menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan pemainan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas. Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Niteni: Memahami, Niroake: Menirukan, dan Nambahi: Mengembangkan. |
9. Taman Budaya
Taman Budaya Yogyakarta awalnya mulai dibangun di daerah Bulaksumur pada tanggal 11 Maret 1977 sebagai sebuah kompleks Pusat Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peresmian pembangunan kompleks seni budaya tersebut dilakukan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX sebagai Wakil Presiden RI saat itu. Awalnya Taman Budaya Yogyakarta disebut sebagai Purna Budaya yang dibuat sebagai sarana dan prasarana untuk membina, memelihara, dan mengembangkan kebudayaan, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Purna Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan berbagai macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu Langembara, menjadi ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga beberapa guest house. |
8. Gedung DPRD Yogyakarta
Butet Kertarajasa : "Gedung DPRD Yogyakarta itu ruang publik seni rupa permanen Yogyakarta sejak tahun 40-an" |
7. Gedung Bank Indonesia Yogyakarta
6. Tugu Yogyakarta
Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau menara yang sering dipakai sebagai simbol/lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi. |
5. Monumen Serangan Umum 1 Maret
Monumen ini berada satu kompleks dengan Benteng Vredeburg. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan ini dilakukan untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan untuk melawan Belanda. Saat itu serangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, yang tentu saja setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. |
4. Gedung Agung Yogyakarta
Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 meter dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43,585 m�. |
3. Stasiun Tugu
Stasiun Tugu mulai melayani kebutuhan transportasi sejak 2 Mei 1887, sekitar 15 tahun setelah Stasiun Lempuyangan. Awalnya, stasiun ini hanya digunakan untuk transit kereta pengangkut hasil bumi dari daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Namun sejak 1 Febnruari 1905, stasiun ini mulai digunakan untuk transit kereta penumpang. Jalur luar kota pertama dibangun tahun 1899, menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta. |
2. Benteng Vredeburg
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengat lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri Raja-raja Jawa pada waktu itu. |
1. Keraton Yogyakarta
sumber: kaskus.us
0 komentar:
Posting Komentar