Raja Ampat,
Wayak dan Kabui adalah dua Gugusan pulau terindah di Raja Ampat, Papua
Barat. Petualangan menyusuri pulau-pulau karang ini tak terlupakan.
Detikcom berkesempatan menyusuri gugusan pulau karang Kabui di Kepulauan Raja Ampat, Papua barat, Jumat (19/10/2012), bersama tim dari Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, dan rekan-rekan media lain yang diundang memeriahkan Festival Raja Ampat 2012.
Kami mengawali perjalanan menantang ke Kabui dari Pulau Waigeu, pulau yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat. Perjalanan dari Waigeu ke Kabui hanya bisa ditempuh dengan jalur laut.
Kami pun menyewa kapal bot dari Waigeu. Menurut Ibu Agung dari Kementerian Pariwisata, sewa perahu tersebut Rp 6 juta. Ongkos yang cukup mahal, hanya untuk wisata tak sampai setengah hari.
Perjalanan ke Kabui memakan waktu sekitar 90 menit dari Waigeu. Perjalanan kami pun dimulai dengan melewati spot pantai indah yang juga akan kami kunjungi.
Boat melaju cukup kencang, terkadang salah satu teman kami terkena cipratan air laut yang sangat segar. Hembusan angin di samudera pasifik juga sangat lembut dan segar. Lautan biru Raja Ampat dipadu dengan langit biru nan cerah, menambah rasa bahagia kami bisa mengunjungi objek wisata bahari paling eksotis di seantero nusantara ini.
Laut Raja Ampat berwarna-warni, setelah kami melewati lautan biru, kami melihat gradasi warna air yang menarik, ada sebagian berwarna hijau muda, sebagian biru, dan sebagian cokelat kemerahan. Menurut sang nahkoda, ini adalah perbedaan biota serta pengaruh pantulan langit.
Kami pun kemudian melewati Waiwo, salah satu spot diving dan snorkling ternama di Raja Ampat. Namun kali ini kami belum diving, kami akan ke kabui terlebih dahulu. Kami lantas mengarah ke perkampungan tradisonal di tepi pulau karang berbatu. Sungguh pemandangan yang luar biasa, pulau kecil yang hanya memberikan kehidupan dengan sumberdaya dari laut ditinggali hanya beberapa keluarga saja.
Ibu-ibu nampak sedang menjemur pakaian di teras rumah panggung yang semua kakinya terendam air laut hijau cerah, jernih, bening sekali. Di depan mereka terparkir perahu-perahu sampan yang biasa mereka gunakan untuk berbelanja ke Waisai, di Pulau Waigeu. Mereka harus mendayung sekitar 2 jam untuk menjual ubi hasil ladang mereka atau kerajinan tangan untuk ditukar dengan kebutuhan mereka.
Tak sampai setengah jam berikutnya di hadapan kami sudah berdiri gugusan pulai Kabui. Gugusan pulau terindah nomor 2, setelah Wayak yang konon disebut surga terakhir di dunia. Kami lantas menelusuri gugusan pulau ini satu persatu.
Gugusan pulau di Kabui ukurannya bermacam-macam. Semuanya tak berpenghuni. Tak satu pun pulau karang di Kabui bisa didaki seperti di Wayak.
Ada pulau karang yang besar, namun ada goa terowongan alami di atas laut. Namun yang menarik perhatian kami adalah pulau-pulau yang ukurannya sangat kecil. Kapal cepat kami pun dikemudikan meliuk-liuk memutari gugusan pulau nan indah tersebut. Kami benar-benar menikmati wisata bahari dari atas kapal bot. Konon gugusan pulau di Raja Ampat lebih nikmat dipandang dari ketinggian.
Salah satu yang menarik perhatian adalah sebuah pulau karang kecil berbentuk seperti keris. Karena ujung atas runcing dan ke bawah membesar, mendekati air laut tergerus seperti mengecil bak pegangan keris. Pulau ini bersebelahan dengan pulau yang bentuknya mirip bawang. Kapal tak berani terlalu mendekat karena memang sangat rawan menabrak karang.
Perjalanan kami berlanjut ke pulau karang berbentuk mirip tugu muda Yogyakarta. Di sebelahnya ada gugusan pulau karang kecil, seperti separuh tempurung kelapa diletakkan telungkup.
Yang lebih menarik lagi, di atas pulau karang tersebut, bertengger burung elang laut yang sudah langka. Burung karnivora ini ternyata bersarang di pulau karang lebih besar yang lebih rimbun, di dekat pulau karang seukuran tugu Yogyakarta itu. Kami pun mengabadikan banyak foto di situ.
Puas berfoto-foto di tugu di tengah lautan ini, kami lantas bergeser ke sebuah tepi pulau karang yang ada sejumlah tulisan-tulisan yang sulit diartikan. Semacam prasasti, di pinggir karang, meski warna putihnya di atas batu karang masih terlihat baru.
Yang menarik adalah air laut yang sangat jernih memungkinkan dasar tepian pulau karang terlihat jelas. Terlihat terumbu karang warna warni dan ikan beragam jenis dan warna yang mondar-mandir seperti bergembira menyambut kedatangan kami.
Memang Kabui adalah salah satu spot diving yang menarik. Namun spot diving yang lebih menarik adalah di Wayak. Raja Ampat sendiri diperkaya lebih dari 650 jenis terumbu karang.
Namun kali ini kami belum menjelajah ke dalam laut. Namun kami tetap mencobanya di spot lain yang tak kalah menantang. Karena waktu sore, kami pun bergegas memacu kapal bot kembali ke Waigeu. Tur singkat yang mahal namun meninggalkan memori menantang yang tak terlupakan.
Detikcom berkesempatan menyusuri gugusan pulau karang Kabui di Kepulauan Raja Ampat, Papua barat, Jumat (19/10/2012), bersama tim dari Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, dan rekan-rekan media lain yang diundang memeriahkan Festival Raja Ampat 2012.
Kami mengawali perjalanan menantang ke Kabui dari Pulau Waigeu, pulau yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat. Perjalanan dari Waigeu ke Kabui hanya bisa ditempuh dengan jalur laut.
Kami pun menyewa kapal bot dari Waigeu. Menurut Ibu Agung dari Kementerian Pariwisata, sewa perahu tersebut Rp 6 juta. Ongkos yang cukup mahal, hanya untuk wisata tak sampai setengah hari.
Perjalanan ke Kabui memakan waktu sekitar 90 menit dari Waigeu. Perjalanan kami pun dimulai dengan melewati spot pantai indah yang juga akan kami kunjungi.
Boat melaju cukup kencang, terkadang salah satu teman kami terkena cipratan air laut yang sangat segar. Hembusan angin di samudera pasifik juga sangat lembut dan segar. Lautan biru Raja Ampat dipadu dengan langit biru nan cerah, menambah rasa bahagia kami bisa mengunjungi objek wisata bahari paling eksotis di seantero nusantara ini.
Laut Raja Ampat berwarna-warni, setelah kami melewati lautan biru, kami melihat gradasi warna air yang menarik, ada sebagian berwarna hijau muda, sebagian biru, dan sebagian cokelat kemerahan. Menurut sang nahkoda, ini adalah perbedaan biota serta pengaruh pantulan langit.
Kami pun kemudian melewati Waiwo, salah satu spot diving dan snorkling ternama di Raja Ampat. Namun kali ini kami belum diving, kami akan ke kabui terlebih dahulu. Kami lantas mengarah ke perkampungan tradisonal di tepi pulau karang berbatu. Sungguh pemandangan yang luar biasa, pulau kecil yang hanya memberikan kehidupan dengan sumberdaya dari laut ditinggali hanya beberapa keluarga saja.
Ibu-ibu nampak sedang menjemur pakaian di teras rumah panggung yang semua kakinya terendam air laut hijau cerah, jernih, bening sekali. Di depan mereka terparkir perahu-perahu sampan yang biasa mereka gunakan untuk berbelanja ke Waisai, di Pulau Waigeu. Mereka harus mendayung sekitar 2 jam untuk menjual ubi hasil ladang mereka atau kerajinan tangan untuk ditukar dengan kebutuhan mereka.
Tak sampai setengah jam berikutnya di hadapan kami sudah berdiri gugusan pulai Kabui. Gugusan pulau terindah nomor 2, setelah Wayak yang konon disebut surga terakhir di dunia. Kami lantas menelusuri gugusan pulau ini satu persatu.
Gugusan pulau di Kabui ukurannya bermacam-macam. Semuanya tak berpenghuni. Tak satu pun pulau karang di Kabui bisa didaki seperti di Wayak.
Ada pulau karang yang besar, namun ada goa terowongan alami di atas laut. Namun yang menarik perhatian kami adalah pulau-pulau yang ukurannya sangat kecil. Kapal cepat kami pun dikemudikan meliuk-liuk memutari gugusan pulau nan indah tersebut. Kami benar-benar menikmati wisata bahari dari atas kapal bot. Konon gugusan pulau di Raja Ampat lebih nikmat dipandang dari ketinggian.
Salah satu yang menarik perhatian adalah sebuah pulau karang kecil berbentuk seperti keris. Karena ujung atas runcing dan ke bawah membesar, mendekati air laut tergerus seperti mengecil bak pegangan keris. Pulau ini bersebelahan dengan pulau yang bentuknya mirip bawang. Kapal tak berani terlalu mendekat karena memang sangat rawan menabrak karang.
Perjalanan kami berlanjut ke pulau karang berbentuk mirip tugu muda Yogyakarta. Di sebelahnya ada gugusan pulau karang kecil, seperti separuh tempurung kelapa diletakkan telungkup.
Yang lebih menarik lagi, di atas pulau karang tersebut, bertengger burung elang laut yang sudah langka. Burung karnivora ini ternyata bersarang di pulau karang lebih besar yang lebih rimbun, di dekat pulau karang seukuran tugu Yogyakarta itu. Kami pun mengabadikan banyak foto di situ.
Puas berfoto-foto di tugu di tengah lautan ini, kami lantas bergeser ke sebuah tepi pulau karang yang ada sejumlah tulisan-tulisan yang sulit diartikan. Semacam prasasti, di pinggir karang, meski warna putihnya di atas batu karang masih terlihat baru.
Yang menarik adalah air laut yang sangat jernih memungkinkan dasar tepian pulau karang terlihat jelas. Terlihat terumbu karang warna warni dan ikan beragam jenis dan warna yang mondar-mandir seperti bergembira menyambut kedatangan kami.
Memang Kabui adalah salah satu spot diving yang menarik. Namun spot diving yang lebih menarik adalah di Wayak. Raja Ampat sendiri diperkaya lebih dari 650 jenis terumbu karang.
Namun kali ini kami belum menjelajah ke dalam laut. Namun kami tetap mencobanya di spot lain yang tak kalah menantang. Karena waktu sore, kami pun bergegas memacu kapal bot kembali ke Waigeu. Tur singkat yang mahal namun meninggalkan memori menantang yang tak terlupakan.
http://news.detik.com/read/2012/10/20/192354/2068052/10/menyusuri-gugusan-pulau-karang-terindah-di-raja-ampat
0 komentar:
Posting Komentar